Sabtu, 13 Juli 2013

9 Efek Buruk dan Mengerikan dari Stress


Pada jumlah tertentu stres bisa memberikan manfaat bagi tubuh. Tapi jika terjadi secara kontinu dan jangka panjang, maka ada bahaya yang mengintai. Ini dia 9 efek mengerikan dari stres.

Terus menerus merasa berada di bawah tekanan, cemas, tidak berdaya bisa membuat seseorang merasa letih dan berujung pada efek yang bisa membahayakan tubuh dan juga kesehatan seseorang.  
Berikut ini efek stres yang terbilang mengerikan dan menakutkan, 

1. Membantu sel kanker bertahan hidup
Dalam studi yang dilakukan Wake Forest University dengan menggunakan hewan percobaan menunjukkan stres dapat membantu sel-sel kanker bertahan terhadap obat anti-kanker. Hasil ini dipublikasikan dalam Journal of Clinical Investigation.
Ketika mengalami stres, obat anti-kanker yang diberikan jadi kurang efektif dalam membunuh sel-sel kanker, dan sel ini tetap bisa bertahan hidup. Untuk itu manajemen stres penting bagi pasien kanker untuk meningkatkan hasil pengobatan. 

 2. Otak jadi menyusut
Studi baru dari Yale University menunjukkan stres seperti akibat kerjaan atau perceraian benar-benar bisa mengecilkan otak dengan mengurangi materi abu-abu di daerah yang terkait dengan emosi dan fungsi fisiologis. Para peneliti memperingatkan hasil studi ini penting karena perubahan pada daerah abu-abu di otak dapat menjadi sinyal masalah kejiwaan di masa depan.

 3. Anak mengalami penuaan dini
Tekanan ekstrem yang dialami anak misalnya akibat kekerasan sejak dini bisa menyebabkan sel-sel di tubuhnya mengalami penuaan dini. Hasil studi yang diterbitkan dalam jurnal Molecular Psychiatry menunjukkan anak yang terintimidasi dan menjadi saksi atau korban kekerasan saat kecil memiliki telomere yang lebih pendek. Telomere pendek menjadi tanda terjadinya penuaan yang lebih cepat.

 4. Efek stres bisa diturunkan ke generasi berikutnya
Efek stres yang ada dalam gen seseorang bisa diwariskan dari generasi ke generasi, jadi tidak hanya berdampak pada orang itu sendiri tapi juga keturunannya. Sebelumnya efek gen ini dianggap terhapus pada generasi sebelumnya, tapi ternyata tidak, karena bisa menurun ke generasi berikutnya.

 5. Memicu gejala depresi
Penelitian dari U.S. National Institute on Mental Health menunjukkan stres berperan dalam perkembangan depresi dan mempengaruhi perilaku, seperti mudah menyerah dan merasa sedih setiap waktu. Jika sudah terjadi depresi, maka perlu bantuan dokter dalam menanganinya.

 6. Meningkatkan risiko penyakit kronis
Dalam jurnal Annals of Behavioral Medicine peneliti mengungkapkan orang yang lebih tertekan dan cemas mengenai tekanan kehidupan sehari-hari cenderung lebih berisiko memiliki kondisi kesehatan kronis (gangguan jantung atau arthritis) dalam waktu 10 tahun mendatang, dibanding dengan orang yang menjalani hidup lebih santai. 

7. Risiko stroke meningkat
Studi yang dipublikasikan dalam Journal of Neurology, Neurosurgery and Psychiatry mendapatkan orang yang stres lebih mungkin memiliki risiko stroke lebih tinggi. Orang yang sering stres dan memiliki tipe perilaku A (sering merasa tegang, tidak sabaran dan agresif) berhubungan dengan risiko tinggi stroke, dan hubungan ini tidak berdasarkan jenis kelamin.

 8. Membahayakan kesehatan jantung
Merasa cemas dan stres dihubungkan dengan risiko 27 persen lebih tinggi terkena serangan jantung. Stres ini tidak hanya tingkatkan risiko serangan jantung, tapi juga mempengaruhi seberapa baik seseorang bisa bertahan setelah kena serangan jantung. Jika seseorang stres maka risikonya 42 persen lebih tinggi untuk meninggal dalam waktu 2 tahun setelah dirawat akibat serangan jantung. Untuk itu apapun yang dilakukan agar bisa mengurangi stres dapat meningkatkan kesehatan jantung di masa depan.

 9. Pilek makin memburuk
Stres memiliki dampak bagi sistem kekebalan tubuh yang membuat pilek jadi makin memburuk. Ini karena ketika seseorang stres, tubuh memproduksi hormon kortisol lebih banyak yang justru menjadi bencana bagi proses inflamasi di tubuh. Ketika stres maka sistem kekebalan tubuh menurun, pada saat yang sama terkena tubuh terkena virus yang memicu respons inflamasi. tapi sayangnya tubuh tidak memiliki mekanisme yang cukup untuk melawan sehingga terkena flu, pilek atau memperburuk kondisi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar